Cerita
singkat ini sekedar pengalaman, perasaan, dan pemikiranku yang baru 11 bulan
menjadi seorang ibu tentang buku dan anakku.
Aku memang memiliki hobi membaca
buku sejak dulu, baik itu buku-buku fiksi maupun non-fiksi. Ketika aku
dinyatakan positif hamil maka bacaanku banyak bertemakan kehamilan, parenting, dan tentang anak. Namun saat kehamilanku
memasuki trisemester ke 3, aku beralih dari yang suka membaca buku-buku untuk
kepentinganku pribadi menjadi berubah ke buku-buku cerita untuk anak.
Pada usia kehamilan ke 7 bulan, aku mulai
mengenalkan buku kepada anakku dengan cara membacakan buku-buku cerita anak
islami. Saat aku bacakan cerita untuk bayi yang ada di dalam perutku rasanya
lucu juga apalagi ditambah dengan menggunakan boneka tangan. Seolah-olah si
bayi dapat mendengar, menyimak, dan merespon cerita yang aku bacakan.
Buku cerita islam menjadi pilihan
utama untuk anakku, sesuai dengan cita-cita besarku yaitu mencetak generasi
muslim yang cerdas. Berharap dengan bacaan cerita islam anak dapat mengambil
hikmah dan teladan baik untuk kehidupannya kelak. Semoga saja cita-citaku itu
bisa terwujudkan menjadi kenyataan.
Setelah anakku “Hisyam” lahir ke
dunia, aku merasa perlu untuk memberikan bacaan yang lebih berkualitas dan
bermakna. Terpikir langsung ingin memiliki buku kisah 25 nabi, apalagi aku juga
banyak lupa tentang kisah para 25 nabi. Kisah para nabi tentu menjadi teladan
utama bagi seorang muslim agar dapat berakhlak mulia. Ternyata ada seorang teman
yang menjual buku paket lengkap tentang para nabi yaitu buku “Nabiku Idolaku” dari
Mizan Dian Semesta. Terbesit niat dalam hati untuk memiliki buku paket
tersebut. Namun aku sempat merasa pesimis untuk memiliki buku paket tersebut
saat mengetahui harganya yang cukup tinggi bagi aku yang baru saja memiliki
anak. Di dalam hati tetap diniatkan untuk memiliki buku tersebut demi
kepentingan anak, siapa tahu ada rezekinya nanti.
Kemudian aku membincangkan buku
Nabiku Idolaku dengan suamiku. Alhamdulillah suamiku sangat merespon dan mendukung
dengan baik niatku membeli bacaan berkualitas tersebut untuk anak kami Hisyam.
Terlintas juga dalam pikiranku saat itu, kalau beli baju tiap bulan tanpa
diniatkan saja bisa, masa untuk masa depan anak tidak bisa dipaksakan. Bagiku
sayang anak ya sayang masa depan anak.
Bismillah akhirnya pada saat Hisyam
berusia 3 bulan dan tepat di hari kelahiranku, aku dan suamiku membeli buku
tersebut secara tunai (cash) dengan
niat dan berharap semoga buku ini bermanfaat dunia dan akhirat untuk Hisyam. Rasanya
senang sekali dimampukan oleh Allah SWT. untuk membeli buku ini yang mungkin
dianggap tidak murah bagi banyak orang. Padahal dulu berencana untuk membeli stroller, bouncer, dan perkiraan
kebutuhan bayi yang lain-lainnya berpikir berkali-kali sampai akhirnya justru
tidak jadi dibeli. Demi mencetak generasi muslim yang cerdas menurutku buku
berkualitas menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi.
Subhanallah, saat membaca buku kisah
para nabi dimulai dari Nabi Adam A.S. dan nabi-nabi yang lain, rasa haru, sedih
dan bahagia dirasakan penuh hikmah tentunya. Akhirnya buku ini bukan hanya Hisyam yang
membaca atau dibacakan, tetapi juga kakek dan nenek Hisyam ikut membaca buku
ini. Banyak ilmu di dalamnya yang manfaatnya tak hanya ditujukan untuk
anak-anak tetapi juga segala usia. Lagi-lagi aku bersyukur dapat memiliki buku
sebagus ini. Tak ada kata menyesal memiliki buku ini.
Hisyam anakku memang masih bayi,
tapi justru aku ingin membiasakan Hisyam membaca atau mendengarkan
cerita-cerita islam dari buku bacaan sejak kecil. Aku tidak ingin
menyia-nyiakan usia emas anakku, apalagi seorang ibu memiliki tanggung jawab
sebagai pendidik dan pembentuk karakter pertama anaknya. Ingin mencetak
generasi muslim yang cerdas, maka harus bisa menjadi ibu muslimah yang cerdas,
berusaha mendidik dan mengasuh anak dengan menggunakan cara-cara yang cerdas
pula. Membiasakan anak membaca, bermain, bersahabat dengan buku adalah salah
satu cara cerdas dalam mendidik anak tentunya.
#akubukuanakku #bookslover